BIMnews.id – Aceh Besar Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A, bertindak sebagai pembina upacara di SMK Penerbangan Aceh yang berlangsung di halaman sekolah tersebut pada Senin, 5 Agustus 2024.
Dalam sambutannya, Marthunis menekankan peran penting dan strategis SMK Penerbangan di Aceh yang unik di Indonesia.
Menurut Marthunis, SMK Penerbangan di Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi sekolah kejuruan yang unggul dan kompetitif, mengingat jumlahnya yang masih sangat terbatas di Indonesia.
Dengan visi membangun industri penerbangan yang kuat, pendirian sekolah ini didorong oleh pemimpin-pemimpin terdahulu yang memahami letak strategis Aceh sebagai jalur lintasan penerbangan internasional.
“Aceh adalah daerah yang sering dilewati pesawat dari Singapura menuju Dubai atau London, memberikan keunggulan komparatif untuk pengembangan industri penerbangan,” ujar Marthunis, mengutip data dari aplikasi FlightRadar
Pendirian SMK Penerbangan ini adalah salah satu inisiatif untuk mendukung terciptanya industri penerbangan di Aceh.
Marthunis menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan industri, lulusan SMK Penerbangan harus memiliki kompetensi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan berkolaborasi. Ketiga kompetensi ini hanya dapat berkembang dalam kondisi demokratis yang bebas dari penindasan dan kekerasan.
“Dinas Pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menjadikan SMK Penerbangan sebagai tempat yang aman, egaliter, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kami menolak segala bentuk kekerasan yang bisa menghambat perkembangan kompetensi siswa,” tegasnya.
Marthunis juga menyampaikan visi besar menjadikan Blang Bintang sebagai pusat industri dirgantara dengan hadirnya SMK Penerbangan sebagai daya tarik utamanya. Untuk mencapai visi ini, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang baik dan iklim investasi yang kondusif.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa iklim pendidikan di SMK Penerbangan bebas dari kekerasan dan penuh persaudaraan.
Pada kesempatan tersebut, Marthunis mengukuhkan tim pencegahan dan penanganan kekerasan oleh guru serta menandatangani komitmen untuk menciptakan iklim sekolah yang anti kekerasan, damai, inklusif, dan tidak diskriminatif.
Para guru memiliki tanggung jawab besar untuk mencegah terjadinya kekerasan di sekolah, dengan konsekuensi berat bagi pelaku kekerasan yang tidak dapat diperbaiki.
“SMK Penerbangan harus dijaga lebih dari kepentingan individu karena merupakan penyuplai SDM yang berkualitas. Mereka yang merusak citra sekolah ini adalah musuh bersama yang harus diperbaiki, atau dikeluarkan jika tidak bisa diperbaiki,” tambah Marthunis.
Beliau menaruh harapan besar pada siswa-siswi SMK Penerbangan untuk memiliki karakter baik serta kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Dengan SDM berkualitas, industri penerbangan diharapkan akan berkembang di Aceh, menjadikan Blang Bintang sebagai pusat industri dirgantara atau “Aerocity” (Aeropole) yang akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat setempat dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru
Hubungan SMK Penerbangan dengan rencana besar ini diibaratkan seperti hubungan Silicon Valley dan Stanford University di California, di mana perusahaan-perusahaan teknologi besar bermarkas dekat institusi pendidikan yang menyuplai tenaga kerja terampil.
Dengan adanya SMK Penerbangan, diharapkan para alumni menjadi tenaga kerja handal, menarik minat perusahaan-perusahaan penerbangan untuk berinvestasi di Aceh.
“Misalnya, ketika Garuda ingin mendirikan pusat pemeliharaan pesawat, mereka akan mempertimbangkan lokasi yang memiliki bandara representatif dan tenaga kerja terampil dari alumni SMK Penerbangan. Ini akan membuat Aceh menjadi pusat industri penerbangan yang berkembang pesat,” jelasnya.
Upacara yang dilaksanakan setiap hari Senin ini turut dihadiri Kepala Bidang GTK, Kepala Cabang Dinas Banda Aceh Aceh Besar, pengawas sekolah SMK Penerbangan, komite sekolah, serta sejumlah staf bidang SMK dan SMA. Usai upacara, acara dilanjutkan dengan pengukuhan tim Pencegahan dan Pengamanan Kekerasan serta penandatanganan deklarasi anti kekerasan oleh siswa. (***)
BIMnews.id – Tazam